Kamis, 19 Mei 2011

KENDALA YANG DI HADAPI DALAM BUDI DAYA CABAI HIBRIDA

        OLEH          : MUHAMMAD ASHURI EL FALAKHI
        Petani Kecil di Tengah Hutan Terpencil

         Cabai hibrida adalah salah satu komoditas pertanian yang sangat menjanjikan, tidak sedikit petani yang tergiur untuk beragribisnis cabai hirida. produktifitasnya yang tinggi dan harga jual yang kadang - kadang menmbus ambang batas nilai ekonomis membuat para petani tergiur untuk menanam cabai hibrida.
masih jelas dalam ingatan kita bebrapa bulan yang lalu ketika di beberapa daerah sentra cabai tertimpa bencana alam seperti meletusnya gunung merapi, dan gunung bromo serta di dukung oleh ilkim yang buruk, hingga harga cabai di beberapa daerah menembus harga 100.000/kg, satu harga yang tentu sangat fantastis. Petani mana yang tak tergiur dengan harga setinggi itu, namun harga cabai yang nilai fluktuatifnya sangat tinggi tak jarang mampu membuat banyak petani menjadi strees, terlebiih bila harga sedang anjlok. Sekarang harga cabai di pasaran hanya berkisar antara  Rp 4.000 s/d Rp7000, satu harga yang cukup meprihatinkan hingga diberbagai daerah sepertingawi, nganjuk dan probolinggo banyak petani cabai yang frustasi dan enggan memanen cabai mereka, alasan mereka cukup klasik biaya produksi dan perawatan tak sesuai dengan pendapatan yang diterima. Wal hasil banyak petani yang "mutung"  alias ngambek yang lebih ekstrim lagi ada kabar seorang petani yang sampai bunuh diri gara - gara cabai... Naudzubillah sungguh ironis.
Bila kita mantap ingin menekuni agrobisnis cabai hibrida maka kita perlu mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang dan cermat agar kita bisa berhaasil, spt perencanaan usaha, prediksi masa panen, pangsa pasar dan analisa kelayakan usaha. InsyaAllah jika itu dipenuhi Allah akan membukakan pintu keberhasilan, dan jika sudah berhasil jangan lupa tunaikan kewajiban kita, zakat dan shodaqoh harus kita tunaikan agar rezeki kita memperoleh keberkahan.
Berikut kendala - kendala teknis budidaya cabai hibrida dan cara mengatasinya, ini adalah pengalaman lapangan yang penulis peroleh dan saya sinkronkan dengan teori-teori yang ada di berbagai buku agrobisnis cabai hibrida mudah-mudahan bisa sedikit membantu petani yang ingin maju dan mandiri ;

1. pengolahan lahan yang tidak sempurna
              banyak petani cabai terutama yang baru belajar asal -asalan dalam mengerjakan lahannya, mau mereka cepat dan efisien tanpa banyak biaya, akhirnya pertumbuhan tanaman tidak optimal bahkan tanaman tidak berkembang dan malah mati atau tidak bisa subur, hal ini sering terjadi terutama pada musim penghujan. penyebabnya adalah tanah bedengan dikerjakan dengan cepat tanpa menunggu bedengan kering dan gembur sehingga tanaman "BACEK" (dalam istilah jawa) karena tanah terlalu lembab dan kurang berpori sehingga perakaran tanaman tidak mendapatkan suplai oksigen yang memadai, hal ini akan menjadi lebih parah lagi bila ditambah pembuatan got atau parit yang kurang dalam. untuk mengatasi itu maka diperlukan langkah sebagai berikut :

a). persiapkan bedengan dengan baik, lahan di bajak singkal dulu kemudian di tebari dolomit atau kalsit dengan dosis kira2 2 - 3 ton/Ha (dosis ini hanya perkiraan sebagai langkah praktis, untuk lebih akuratnya harus dilakukan pengecekan PH tanah baru di hitung berapa kapur pertanian yang dibutuhkan untuk menetralkan PH tanah)
b). setelah ditebari dolomit segera lakukan pengaruan, cukup di garu sekali jangan sampai terlalu lembut seperti membuat hamparan untuk tanaman padi. fungsinya untuk mempercepat proses netralisasi tanah.
c) setelah 1 atau 2 hari segera lakukan membentukan bedengan kasar dengan ukuran 100 - 110cm X 12 M, dengan dalam parit 35cm - 50 Cm lebar parit 50cm - 60 cm.
d) setelah bedengan kasar jadi angin - anginkan (biarkan) selama kurang lebih minggu.
e) setelah satu minggu tebarkan pupuk kandang (kompos Organik) diatas bedengan dengan dosis kira2 20 - 30 ton/ha. aduk hingga rata pupuk dengan tanah sehingga terbentuk bedengan setengah jadi. Biarkan bedengan selama 10 hari, untuk memberikan waktu yang cukup agar proses oksidasi pupuk kandang terselesaikan
f) setelah itu berikan pupuk kimiawi sesuai dosis anjuran (*dosis pada artikel berikutnya), tebarkan secara merata di atas bedengan kumudian dan di garuk2 dengan alat garuk besi untuk mencampur tanah dengan pupuk, kemudian disiram dengan air baru ditutup dengan plastik mulsa, proses ini sekaligus sebagai proses pembentukan bedengan halus (finisin proses) . penutupan mulsa dengan pemupukan harus dilakukan dan diselesaikan secara bersamaan agar pupuk tidak banyak yang menguap di udara terutama unsur Nitrogennya.kemudian biarkan selama 7 - 10 hari gunanya agar pupuk cukup waktu untuk bereaksi dengan tanah sehingga tidak meracuni tanaman.
g). setelah sepuluh hari barulah bibit di tanam di lahan, lakukan penanaman diwaktu sore hari untuk mengurangi resiko stress tanaman..
..................................
(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar